Selasa, 01 Maret 2011

BUDAYA KEKAFIRAN DALAM MENYAMBUT TAHUN BARU MASEHI

Oleh: Ahla AuliaIllah*

Perayaan tahun baru masehi adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Sulit dipungkiri bahwa perayaan tersebut sudah menjadi suatu kewajiban dan tradisi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, dan bahwa kebanyakan orang-orang merayakan tahun baru masehi dengan meminum khamar (bir), berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan mereka rela untuk tidak tidur sepanjang malam menjelang datangnya tahun baru masehi.

Sejak masuknya ajaran Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk dalam ajaran tersebut. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru masehi yang menjadi ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.

Menurut sejarah, Tarikh Masehi yang dipakai secara Internasional, dan oleh kalangan gereja dinamakn Anno Domini, yang menurut kaum nasrani terhitung sejak kelahiran nabi Isa. Semula biarawan katholik Dionisius Exoguus pada tahun 527 M ditugaskan untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran nabi Isa. Sistem penanggalan yang mereka pakai lahir dari astrologi, yaitu ilmu tentang pergerakan benda-benda langit. Tarikh masehi memiliki akar dan ikatan yang kuat dengan tradisi astrologi Mesir kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani Antik, dan Romawi tua serta dalam perjalananya mendapat Intervensi (dukungan) gereja.

Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM atas keputusan Paus Gregious XIII, pemimpin Gereja katholik Roma, menurut perhitungan rahib katholik. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Romawi, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang ditetapkan sejak abad ketujuh SM. Sebelumnya, perayaan tahun baru masehi yang ditetapkan oleh Dionisius Exoguus dengan perhitungan rahib katholik, bahwa tahun baru masehi dirayakan pada tanggal 25 Maret.

Setelah ditetapkannya tahun baru masehi pada tanggal 1 Januari, yang tak jauh berbeda jaraknya dengan hari Natal, maka kaum Nasrani selau menjadikan perayaan tersebut sebagai ritual besar yang wajib mereka lakukan untuk mengikuti acara pergantian tahun. Siapa yang mengira, bahwa perayaan tahun baru masehi di Indonesia banyak dilakukan oleh orang Islam. Padahal sejarah telah mencatat bahwa penetapan perayaan tahun baru masehi begitu kental dengan agama Nasrani dan Kristen, yang ditetapkan oleh para aktifis gereja untuk mmperingati pergantian tahun yang berdekatan dengan hari natal.

Kita merasa miris. Sebab banyak kaum muslim yang lebih mengetahui dan mempersiapkan perayaan untuk menyambut tahun baru masehi daripada tahun baru hijriyah. Tak jarang masyarakat muslim Indonesia yang tak mengetahui penyambutan tahun baru hijriyah dan tidak begitu memperdulikannya. Budaya barat telah merubah pola pikir bangsa Indonesia yang memiliki budaya ketimuran. Dan, bangsa Indonesia telah terkontaminasi oleh budaya kebaratan yang banyak mengandung unsur kristen dan nasrani. Padahal nabi Muhammad SAW telah bersabda :

حدثنا عثمان بن ابي شيبة, حدثنا ابو النضر, حدثنا عبد الرحمن بن ثابت, حدثنا حسان بن عطية, عن ابي منيب الجرشي, عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى لله عليه وسلم: "من تشبه بقوم فهو منهم" (قال الشيخ احمد شاكر اسناده صحيح)

" Dari Ibnu Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang menyerupai perbuatan suatu kaum (agama tertentu), maka ia termaksud bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Daud)

Dari konteks Hadits Nabi di atas, jelas bahwa beliau melarang kita untuk mengikuti budaya orang kafir, dan perayaan tahun baru masehi adalah tradisi dan ritual orang kafir. Maka secara tidak langsung umat Islam yang merayakan perayaan tahun baru masehi termaksud golongan kaum kafir. Masyarakat muslim Indonesia, terutama para pemuda lebih suka memilih merayakan perayaan tahun baru masehi yang dipenuhi dengan pesta dan hura-hura, daripada perayaan tahun baru hijriah yang mencerminkan nilai keislaman. Hal ini yang menyebabkan hancurnya generasi muda Islam yang diharapkan mampu untuk tetap berpegang teguh dengan ajaran agama Islam.

Banyak argumentasi yang dikemukakan oleh masyarakat muslim Indonesia mengenai perayaan tahun baru masehi. menurut mereka, perayaan tahun baru masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama Nasrani dan Kristen. Semua tergantung niatnya. Namaun pada hakikatnya, meskipun segala perbuatan tergantung niatnya, namun perayaan tahun baru masehi pasti tak luput dengan kemaksiatan.

Selain itu, mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal. Kenyataanya, di setiap tanggal merah dalam penanggalan masehi seperti natal, tahun baru masehi, paskah, dan lain sebagainya, umat Islam pun turut libur pada hari-hari tersebut. Bahkan bank-bank Syariah, sekolah Islam, Departemen Agama RI dan institut-istitut Islam lainnya juga turut libur. Hal ini disebabkan karena Negara kita (Indonesia) adalah Negara yang memiliki agama yang berbeda-beda. Dan itu merupakan perwujudan sikap toleransi untuk menghormati agama lain yang ada di Indonesia.

Tapi, jangan menyalah artikan hal tersebut untuk merayakan malam tahun baru masehi hanya karena alasan menghormati agama lain. Itu merupakan ritual kaum Nasrani, dan kita sebagai umat Islam hanya berusaha untuk menghormati apa yang mereka lakukan selama mereka tidak menggangu dan mengancam umat muslim yang ada di Indonesia. Dan perayaan tahun baru dapat dikatakan sebagai suatu keharaman karena telah mengikuti ritual dan perayaan besar yang dilakukan oleh orang kafir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Add your Comment now...
Thank you. ^_^