Sabtu, 17 Juni 2017

Journey to Abu Dhabi (Part 2)

Menginjakkan dua Kaki di Abu Dhabi πŸ’—

#latepost

Akhirnya, saya menginjakan kaki ke Abu Dhabi, berbekal dengan segala niat dan dukungan keluarga tercinta. Saat di Bandara Internasional Abu Dhabi, saya dijemput oleh seorang Staf Senior yang sampai saat ini saya kagumi hingga saya memanggilnya "Babeh". Babeh-lah yang mengurus semua persiapan hingga proses Imigrasi agar saya dapat dengan mudah masuk menuju kota Abu Dhabi, bahkan beliau sudah mengambil Bagasi saya hingga saya tidak perlu lagi antri untuk ambil bagasi. Terima kasih babeh... πŸ˜‡

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah gedung KBRI Abu Dhabi. Gedung yang terletak di area elit (menurut saya, karna dikelilingi istana raja-raja UAE, dekat dengan pantai dan wilayah yang sangat steril). Selama perjalanan ke Gedung KBRI tersebut, saya tidak mendapatkan macet disini (bedanya 180 derajat sama Indonesia, apalagi Bekasi πŸ˜‚). Sesampainya di KBRI, saya mengabadikan moment pertama saya, lalu saya diminta beristirahat sebentar sampai pegawai dan pejabat lainnya datang (Karna saya sampai jam 7 pagi, sedangkan jam kerja pukul 9 waktu setempat😁)

Ibu hamil banget... 😚

Setelah seluruh staf datang, saya bertemu dengan Staf Kepegawaian yang ditugaskan mengenalkan KBRI Abu Dhabi secara ringkas, dan kemudian mengenalkan saya kepada seluruh pejabat dan staf satu persatu. Kemudian saya diajak berkeliling kantor KBRI, hingga akhirnya saya bertemu dengan bapak KUAI Abu Dhabi. Setelah berbincang dengan beliau, akhirnya saya diminta untuk beristirahat dan belum aktif bekerja. Awalnya saya masih bingung, mau tinggal dimana, sampai akhirnya beliau mengatakan bahwa sementara waktu saya bisa tinggal di Wisma KBRI Abu Dhabi. 😊

Inilah wisma KBRI Abu Dhabi.




Hanya dalam waktu 30 menit, saya sampai di Wisma KBRI dan beristirahat disana. Mulailah saya mengabari seluruh keluarga besar saya terutama suami saya bahwa saya sudah sampai dan selamat sampai tujuan. πŸ˜‡ Disinilah segalanya dimulai. Ketika asa - mimpi dan harapan menjadi satu karna adanya kesempatan luar biasa yang Allah berikan kepada saya. Dan saya sangat beruntung, karna selama itu pula si kecil selalu kuat dan selalu mendampingi segala perjuangan saya, mendampingi kesendirian saya, dan juga menguatkan saya... πŸ’—

Yang selalu siap sedia 24 jam menemani saya. bahkan saat disana tengah malam, dia pasti bangun... πŸ’—



dalam teori HI, saya selalu ingat kata-kata Mellian Dialogue "The strong do what they can, and the weak suffer what they must". Intinya, apabila kita memiliki keinginan, maka berusahalah dengan kuat untuk meraihnya. Karna, apabila kita hanya berdiam diri, kita tidak akan mendapatkan apa-apa apalagi mewujudkannya. Jangan pernah takut, yakinal IA selalu bersama kita... πŸ˜‡

Journey to Abu Dhabi (Part 1)

Satu langkah menuju Abu Dhabi πŸ’—

#Latepost 

Pengalaman luar biasa dalam hidup, hal yang tidak pernah direncanakan namun sempat terbesit untuk bisa menikmati hidup di negara lain (itu salah satu alasan saya pilih jurusan Hubungan Internasional saat kuliah). πŸ˜€

Setelah menikah, ada info mengenai penerimaan Pegawai di negara orang lain. Status saya yang saat itu bekerja sebagai 'honorer' di Kementerian luar negeri, membuat saya dengan mudah mendapatkan informasi tersebut. Namun Saya juga mencoba searching dan cari tau lebih jelas dari temen-temen saya yang sudah menjadi Pegawai di salah satu KBRI. Berbekal niat dan tekad yang kuat serta dukungan orang tua, keluarga, atasan di Kemlu dan tentunya sang suami tercinta, akhirnya saya memberanikan diri mendaftar. 

Awalnya saya dan suami sama-sama mendaftar, tapi Allah berkehendak lain (mungkin IA tidak ingin saya dan suami saya pisah negara), Suami saya terpaksa tidak mengikuti salah satu tes yang jumlahnya ada 7 Tahapan. 😐 Saat itu pula, saya dinyatakan hamil setelah suami saya gagal (makin tau rencana Allah bahwa suami saya harus mendampingi saya). 😍 Puji syukur, saya bisa lulus seluruh tahapan tes tersebut meskipun saya sedang hamil (karna saya sudah melalui 5 proses tahapan, mungkin pengujinya jadi ga tega ya πŸ˜…). Intinya, saya sangat bersyukur bisa diterima dan juga teruntuk KUAI RI Abu Dhabi saat itu yang tidak mempermasalahkan status kehamilan saya (terima kasih banyak Bapak 😊). Mulailah saya ikut diklat, mengurus seluruh berkas yang harus dibawa (mulai dari tes kesehatan, dan lainnya) sampai segala perabotan yang harus dibawa (dan juga perabotan buat si dede baby). 
Ini barang-barang si kecil yang dibawa, karna awalnya di usg belum keliyatan jenis kelaminnya, kebanyakan netral sampe ga kebeli dress baby... πŸ˜‚


Setelah semua persiapan kelar, ternyata saya harus menunggu selama 2 bulan untuk calling Visa saya selesai. Dulu ngebet banget buat berangkat, karna mengingat kondisi kehamilan yang sudah masuk 5 bulan, akhirnya setelah Visa jadi, ga sampe seminggu langsung berangkat. 😌 hari itu juga langsung cari Tiket pesawat tanpa transit dari Jakarta, Cuma ada Etihad dan Garuda dan harga Etihad sesuatu banget. Akhirnya saya pilih Garuda Indonesia saja yang kasih harga paling murah tanpa transit (ternyata harga itu tiket PP Abu Dhabi - Jakarta pake Etihad πŸ˜‚).




Cuss,
Setelah semua siap akhirnya saya berangkat dan Tanpa ditemani suami. Kebayang sedihnya baru dateng di negara orang sendirian, lagi hamil, dan ga tau harus gimana klo ada apa-apa sama si kecil di kandungan (Alhamdulillah semua bisa dilalui dengan lancar sampai suami datang πŸ˜‡). Saat itu tepat pada tanggal 15 Januari 2016, Berangkat dengan didampingi seluruh keluarga besar, rasa haru, sedih dan bahagia campur satu, tapi tetep ga bisa nyaingin rasanya rindu sama orangtua dan suami... 😭

My Superhero πŸ’—

Berpisahlah dengan suami dan keluarga tercinta. Namun inilah hidup, kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya rindu kecuali ketika kita merantau. Dan inilah awal mula perjalanan saya ke Abu Dhabi... πŸ’—